Cerita Seks | Cerita panas | Cerita Hot | Cerita Dewasa Terbaru | Cerita Ngentot | Cerita Mesum | Cerita ABG | Cerita Porn | Cerita Seks Dewasa
– Kurenggut keperawanan sahabat pacarku. Setelah kejadian di tengah
hujan tersebut persetubuhan yang Doni lakukan dengan Syifa semakin
bergelora. Doni dengan cepat menjadi ahli di tangan Syifa. Setiap
percumbuan yang selalu berakhir dengan persetubuhan itu selalu ada hal
yang baru yang dipelajarinya .
Ini
karena Syifa yang selain memiliki gairah yang besar juga tak sungkan
sungkan meminta hal- hal yang masih asing bagi Doni dalam setiap
aktifitas seks mereka. Sampai saat itu hubungan Doni dengan Syifa
tidaklah sampai menyebabkan sang gadis hamil, Syifa selalu menjaga agar
tak terjadi hal itu. Selain rajin dengan kontrasepsi juga menjaga kapan
saat suburnya.
Syifa tau kalau Doni sang kekasihnya adalah lelaki
yang baru saja mengenal persetubuhan dan dia yakin bahwa Doni belum bisa
menjaga agar tak terjadi kejadian yang tak di harapkan mereka berdua.
Hingga satu saat mereka berdua bertengkar hebat, yang menyebabkan Syifa
pulang ke kota asalnya tanpa memberitahu Doni. Kekerasan kepala mereka
berdua menyebabkan mereka tak dapat membendung ego mereka masing-masing.
Telah seminggu Doni tak bertemu dengan Syifa. Kontak lewat telepon yang
dulu mereka lakukan hampir tiap hari kini tak ada, hilang di telan oleh
ke egoan mereka. Pusing rasanya kepala Doni. Aktifitas seks yang
sekurangnya mereka lakukan 3 kali seminggu sudah seminggu ini tak ada
lagi.
“Ah…aku harus menemuinya….” pikir Doni.
“Dan aku harus minta maaf…” batin Doni.
Tak
seharusnya seorang lelaki mempertahankan egonya terhadap wanita. Sabtu
sore dengan mobil biasanya Doni pun meluncur membelah kemacetan kota
Bandung. Di kepalanya telah terbayang senyum manis Syifa seperti
biasanya. Doni yakin hubungannya dengan Syifa akan membaik kembali.
Kurenggut keperawanan sahabat pacarku
Kurenggut keperawanan sahabat pacarku
Kurenggut keperawanan sahabat pacarku
Setelah
memarkir mobilnya sambil bersiul Doni melangkah ringan, menuju kost-an
Syifa. Tak seperti biasanya pintu kost-an Syifa tertutup rapat. Tanda
tanya besar muncul dikepalanya. Langsung ia mengetok pintu yang
tertutup, beberapa kali tetapi tak ada yang keluar. Penasaran ia
melangkah ke pintu sebelahnya , kost-an Vira sahabatnya Syifa. Mengetok
pintunya perlahan. Muncul seraut wajah tak asing berambut basah, Vira
sahabatnya Syifa.
” Oh..Aa…ada apa?” tanyanya melongokkan wajahnya dari balik pintu.
“Syifa kemana ya Vir?” Tanya Doni.
“Emang dia ga beritahu Aa?” tanya Vira balik.
“Ngga,..kemana dia?” Doni bertanya mengkerutkan keningnya.
“Syifa kan pulang” terang Vira.
“Emang ga bilang sama Aa?” Tanya Vira kembali.
“Masuk dulu deh Aa….” ajak Vira seraya membukakan pintu kamarnya.
Doni
melangkah masuk. Semerbak wangi kamar seorang gadis menghampiri indra
penciumannya. Kamar yang bersih dan tertata dengan baik meski tak besar.
Vira menghilang di balik sebuah pintu mengenakan handuk yang membungkus
tubuhnya.
“Ternyata habis mandi dia” batin Doni
Tak lama Vira kembali dengan 2 cangkir minuman.
“Ini kopi untuk Aa” ujarnya menaruh cangkir di tangan kanannya ke hadapan Doni.
“Tau aja kamu kesukaan Aa’ timpal Doni menyeruput kopi hitam panas tersebut.
Aromanya
sungguh enak, dengan takaran gula yang pas di lidahnya. Vira menuturkan
kepada Doni bahwa Syifa langsung pulang ke kota asalnya sehari setelah
pertengkaran mereka. Matanya yang bulat berkali-kali mengerling indah
saat ia bercerita. Doni juga menyesalkan kejadian itu dan bermaksud akan
minta maaf tapi ternyata telah terlambat. Vira juga menegaskan bahwa
Syifa tidak memberitahukan akan kembali atau tidak.
“Nah kamu mo kemana nih, udah mandi dan rapi?” Tanya Doni kepada Vira.
“Ga kemana-mana hanya biar seger aja…” sahutnya renyah.
“Temanin Aa yuk….Aa lagi bingung…” ajak Doni.
“Ga enak ah…ga enak sama Syifa nanti” tolaknya sopan.
“Biar
Aa yang bilang nanti sama Syifa, lagipula Aa ga bisa berharap banyak
lagi pada Syifa setelah kejadian sekarang ini..” terang Doni panjang.
Setelah berargumen panjang lebar, akhirnya Vira setuju menemani Doni. Berbarengan mereka berjalan menuju parkiran.
“Sebenarnya Vira juga lagi suntuk..” ujar Vira membuka pembicaraan sesaat mobil melaju.
“Emang ada apa?” kejar Doni.
“Kami putus kemarin…” tuturnya lagi.
Doni langsung terbahak-bahak mendengar kalimat terakhir itu. Tubuhnya terguncang.
“Kenapa ketawa A?” Tanya Vira ketus.
“Aa ngetawain Vira ya?” tanyanya mencondongkannya tubuhnya kearah Doni.
“Iya… ya?” tanya Vira kembali sambil menjatuhkan cubitan pada pinggang lelaki kekasih sahabatnya tersebut.
“Udah…udah…sakit…!” pinta Doni menggeliatkan tubuhnya menahan perih.
“Ayo jawab?” perintahnya kembali tak melepaskan cubitannya
“Tau ga, kita ini korban” ujar Doni.
“Korban pasangannya” sambung Doni kembali.
Langsung Vira pun tergelak, melepaskan cubitannya. Sampai berair matanya yang galak tersebut menahan gelinya.
“Kemana kita nih…Aa?” Tanya gadis berkulit putih bersih tersebut setelah tawanya mereda.
“Kamu punya ide?” Doni balik bertanya.
“Hmmm, ke disco yuk?” ajaknya mantap.
“Boleh juga, ke sana kan?” Sahut Doni menyebutkan sebuah discotik yang sering menjadi tempat kunjungannya bersama Syifa.
” Ok…” tutup gadis itu disela gumaman nya mengikuti lagu yang terdengar dari radio.
Baca juga cerita dewasa Mantan pacar bikin aku nikmat.
Malam
itu tidak terlalu ramai. Mungkin karena bukan event Ladies Night.
Mereka berdua segera tenggelam dalam irama musik yang menghentak. Doni
pun dapat mengimbangi gerakan lincah Vira, tubuh mereka berdua pun basah
oleh keringat. Tubu Vira yang proporsional bergoyang meliuk-liuk,
kadang sedikit erotis menggoda Doni. Tersenyum mereka berdua di tengah
dentuman musik yang hingar- bingar. Saling memandang tak lepas kedua
mata mereka di tengah gerakan gerakan sensual mereka.
“Gadis ini sungguh enerjik dan seksi” pikir Doni.
Tiba-tiba
musik berganti lambat temponya. Beberapa pasangan kembali ke tempat
duduknya. Ada juga pasangan yang melangkah memasuki dancefloor. Doni
menyunggingkan senyuman mengangkat bahu dan tangannyanya. Mendekat ke
arah Vira yang berdiri bingung.
“Boleh..kan?” tanya Doni sambil
meraih telapak tangan Vira dan merangkul pinggang ramping di balik kaos
ketatnya yang telah basah.
Vira tak menjawab, hanya membiarkan
saja perlakuan Doni. Doni menyadari hal itu sudah cukup menjawab
pertanyaannya . Berdua mereka melantai dengan perlahan seirama tempo
lagu dalam jarak tak terlalu rapat. Kadang mata mereka bersitatap,
bercakap-cakap tanpa kata-kata. Doni merasakan dirinya yang sedari tadi
bergairah terpicu gerakan- gerakan Vira erotis tadi. Ditariknya tubuh
Vira lebih dekat. Ada sebentuk perlawanan saat itu. Vira menengadah
menatap bola mata Doni, dan akhirnya membiarkan tubuhnya merapat .
“Aa Doni ini sungguh menarik… sudah dari dulu aku ingin berdekatan dengannya” batin Vira.
Pikirannya hanyut oleh perasaannya. Vira merebahkan kepalanya pada dada Doni merasakan debur jantung yang berdebar debar.
“Sungguh menggemaskan kamu Aa…” batin Vira larut dalam suasana.
Doni terlonjak kaget hampir menjerit merasa perih pada dadanya. Ternyata Vira menggigit kecil dadanya, gemas.
“Gila kamu…” sergah Doni.
“Hi..hi…hi..” sahut Vira tertawa kecil.
Menatap
lelaki tegap tersebut dengan senyum simpul. Entah apa artinya senyum
itu, Doni tak mengerti. Kini mereka bergoyang rapat ditimpali irama
lambat tersebut. Dapat Doni merasakan gundukan bukit membusung milik
Vira menekan perutnya. Gesekan gesekan yang terjadi mulai memercikkan
gairah pada mereka. Mereka tetap bergoyang sambil bersitatap. Doni
merangkul tubuh langsing itu mendekapnya erat. Seiring juga kedua lengan
Vira yang memeluk erat pinggang Doni. Vira melepaskan kedua tangannya
pada pinggang Doni, meluncur ke atas mengalungkan lengan kirinya di
leher Doni. Sementara itu jemari kanannya bergerak mengusap wajah Doni,
dari pipi terus kebawah dan mengusap bibir lelaki tersebut dengan ibu
jarinya dengan tatapan pernah lepas sekalipun dari mata Doni. Doni
merasa gerakan tersebut sangat seksi sekali dan sangat mengundang.
“inikah undangan?” pikir Doni.
“Harus
ku penuhi, peduli amat dengan Syifa” Doni dengan perlahan menurunkan
wajahnya, diiringi tekanan jemari Vira di belakang lehernya.
“Ayo Aa..aku menginginkannya” batin Vira memandang lekat-lekat bibir Doni yang mendekat.
Tepat
bibir mereka hanya berjarak kira-kira 1cm, Doni menghentikan
gerakannya, memandang bibir Vira yang mungil terbuka perlahan bersiap
menyambut. Menggoda gadis itu dengan gerakan tak selesai tersebut.
Seperti yang telah diduganya, Vira menekan leher Doni dan segera
mencaplok bibir Doni yang telah siap sedari tadi itu. Segera kedua bibir
tersebut saling lumat dan saling kulum. Teresakan oleh Doni bibir gadis
itu begitu lembut dan hangat. Napas segar segera terhembus ke indra
penciuman Doni. Kadang lidah mereka berpalun- palun saling membelit di
kedalaman mulut Vira. Kadang lidah Doni menjelajahi setiap mili di
kedalaman mulut Vira yang terbuka. Gadis berkulit putih itu segera
terbangkit gairahnya. Ciuman dan kuluman Doni yang bergelora
membangkitkan rasa yang telah lama tak menghampirinya. [ baca cerita
panas Calon Sekretarisku dan adiknya. ]
“Hmmmhh….” desahnya Vira melepaskan bibirnya sambil menghembuskan napasnya yang hampir putus oleh kecupan dan lumatan Doni.
Doni
tak memberikan gadis itu lebih lama waktu dan kembali melumat bibir
mungi nan ranum tersebut. Kini tangan Doni mulai bergerak, meluncur dari
kepasifannya. Mengelus perlahan bagian samping tubuh Vira menambahkan
sengatan sengatan halus pada gadis bertubuh padat tersebut. Berkali-kali
naik turun di samping tubuh padat tersebut. Menjalar ke ketiaknya turun
kembali, berhenti sesaat. Kedua jari jempol Doni menekan bagian pinggir
bukit dada Vira memberikan sentuhan- sentuhan sporadis disana.
“Uhh…” lenguh Vira hampir tak terdengar.
Sementara
itu kedua lidah mereka juga tak hentinya saling berkejaran, saling
belit dan menjilat di kedalaman mulut mereka, berganti ganti didalam
mulut Doni dan Vira. Praktis mereka berdua tak memperdulikan musik lagi.
Diam saling merangkul dan meraba.
“Ladies and gentlemen, here we
go!!!” terdengar suara Dj yang membahana disambung hentakan musik
bertempo cepat memutus aksi mereka berdua.
Melangkah kembali
menuju sebuah kursi bar yang tinggi. Vira duduk di kursi menghadap dance
floor. Doni pun merapatkan punggungnya ke tubuh sang gadis yang dengan
segera merangkulkan tangannya. Terasa gundukan padat menekan punggungnya
yang basah. Sambil merangkul Vira menempatkan dagunya pada ubun-ubun
Doni. Bergoyang mereka kembali mengikuti irama, hanya kali ini dengan
goyangan lembut dan perlahan. Terdiam mereka berdua tak berkata-kata.
Sibuk dengan perasaan masing-masing, meresapi kejadian yang baru saja
berlangsungi.
“Pengap Aa….pulang yuk?” ajak Vira pelan.
Doni
menengadahkan wajahnya memandang pemilik bibir yang saja berucap.
Dengan cepat sebuah kecupan kilat didaratkan Vira di bibir Doni. Tak
berkata kata lagi Doni segera menyambut tubuh Vira yang turun dari kusi
bar yang tinggi tersebut. Menyambut pada kedua belah sisi tubuhnya di
iringi lengan Vira yang datang menyambangi pundaknya. Melangkah dengan
berpelukan erat menuju pintu keluar dan terus melangkah menuruni tangga.
Tak lepas pelukan mereka melangkah menuju mobil Doni yang di parkir di
sudut.
“Kemana lagi kita?” Tanya Doni sambil memutar kunci kotak.
Memandang
ke wajah oval yang tengah menatapnya juga sambil menggigit-gigit bibir.
Tangan Doni terulur perlahan menjangkau. Wajah Vira juga mendekat dan
tanpa aba-aba kedua bibir mereka kembali bertemu dalam pagutan-pagutan
hangat. Kali ini lumatan dan kecupan mereka berlangsung sangat panas
bergelora. Lidah Doni menjalari leher yang ditumbuhi bulu halus. Naik
kearah belakang telinga menyebabkan Vira mendongakkan kepalanya sambil
mengeluh kegelian. Tak menyia-nyiakan kesempatan yangan Doni beralih
kini kebalik kaos yang dikenakan gadis berkulit mulus itu. Merabai bukit
padat yang masih terbungkus. Tak cukup begitu saja jemari Doni meluncur
di permukaan kulit licin tersebut. Merabanya perlahan. Jemarinya dengan
lincah memilin dan memijit puting di balik pembungkusnya.
“Uhh….” desah Vira membusungkan bagian dadanya memberikan keleluasaan pada jari Doni.
Langsung
saja tangan Doni yang sebelah lagi menyelusup ke belakang punggung
gadis berkulit putih tersebut. Menemukan kait bra dan dengan satu
sentakan kecil melepaskan kait yang mengekang. Cepat sekali dan tau-tau
bibir dan lidah Doni telah bermain di permukaan bukit yang padat di dada
Vira, menjelajahi permukaannya dengan lidahnya yang kasar. Terus ke
puncaknya dimana bertengger putingnya berwarna merah muda tersebut.
Dengan
rakus langsung dihisap dan disedotnya. Vira terhenyak merasakan hisapan
dan kuluman Doni bak bara panas mulai membakar gairah kewanitaannya
yang bergelora. Hampir tak kuasa ia membendung gelombang demi gelombang
yang datang menyerbu, menghanyutkannya pada gejolak birahi badani.
“Mhh…..Aa, jangan disini…” desahnya terputus-putus melerai aksi Doni.
“Banyak orang ih! Nanti dilihat orang Aa.. malu” tambahnya sembari mengangkat kepala Doni dari permukaan dadanya.
Doni pun mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepalanya mengusir gairah yang melanda dirinya. Dan mobil pun bergerak.
“Aa antarkan kamu pulang yah Vir..” ujar Doni seraya memutar setir keluar dari basemen gedung diskotik tersebut.
“Jangan
Aa… ga enak sama ibu kost pulang tengah malam begini, mending pagi aja
sekalian” tambah Vira membenahi rambutnya yang agak kusut tadi.
“Kemana kalau…” ucap Doni terputus.
Khawatir ia meneruskan kata-katanya yang dapat merusak suasana.
“Kemana Aa?” ulang Vira menatap penuh harap.
“Gimana kita ke kost-an Aa?” ujar Doni pelan dan hati-hati.
“Hmmm….boleh…” jawab Vira.
“Tapi besok pagi antarin pulang ya…” pintanya tak berubah ekspresi.
“Siap….” sahut Doni girang.
“Akhirnya kudapatkan gadis ini” pikir Doni.
Niat
kotor mulai merasuki pikirannya. Mobilpun meluncur ke utara. Melaju di
sepanjang jalan Cipaganti lalu turun ke jalan Setiabudhi, belok kekiri,
menerobos lampu lau lintas yang berkedip-kedip dengan warna kuning.
Melaju terus keatas sepanjang jalan Ciumbuleuit. Tak lama kemudian
berbelok ke kanan, menepi. Setelah mengunci sambil menggandeng Vira Doni
melangkah masuk di sebuah gang. Melihat kekiri dan ke kanan mengawasi
kalau-kalau ada yang melihat mereka. Tepat pada sebuah belokan mereka
masuk pada sebuah pekarangan sebuah rumah. Berbelok ke kiri mereka tekah
sampai di depan pintu.
Tergesa- gesa Doni memutar kunci diiringi
senyum simpul Vira. Dan beberapa menit kemudian mereka telah berada
dalam ruangan yang hangat
“Silakan dudukvir…” ujar Doni menutupkan gordin dan nako jendela kamarnya.
Melangkah ke belakang ke kamar mandi mengemasi beberapa pakaiannya yang berserakan.
“Haus kan..” Doni melangkah dengan 2 cangkir teh hangat di tangannya.
Memberikan satunya ke tangan Vira. Pakaiannya telah berganti dengan singlet dan sarung yang membalut pinggangnya kebawah.
“Enak juga A kost- annya..” ucapnya memperhatikan berkeliling ruangan.
Berhenti
di depan meja gambar yang ada di ruangan tersebut. Memperhatikan
coretan- coretan pada kertas buram yang tersampir di meja tersebut. ?
“Ini tugas-tugas kuliah Aa?” tanyanya memandang kertas yang menempel di meja tersebut.
“Hmm….Begitulah….” jawab Doni yang tiba-tiba telah berada di belakang gadis itu.
Wajahnya
sedemikian dekat dengan leher si gadis, mengharumi wangi yang terbit
disana. Hembusan napasnya terasa hangat di leher dan pundak Vira.
“Ih….Aa…. geli……” ucap Vira menggelinjangkan tubuhnya.
Melangkah menjauhi Doni. Masuk ke kamar mandi. Terdengar desir air,
“Aa… punya pakaian yang bisa Vira pakai… biar yang ini ga kusut” Tanya Vira melongokkan wajahnya dari bali pintu kamar mandi.
Doni
melangkah menuju lemari pakaiannya, menemukan sehelai kaos katun dan
sebuah celana olahraganya yang langsung diberikannya ke balik pintu
kamar mandi tersebut. Tak lama kemudian Vira pun muncul dengan pakaian
yang di berikan Doni tadi. Kaos tersebut longgar di tubuhnya yang padat,
sedangkan celana olahraga Doni tak dapat menutupi keseluruhan pahanya.
Memampangkan paha yang mulus dan putih itu ditimpa cahaya lampu tidur
yang temaram yang di stel Doni.
“Kamu belom ngantuk?” Tanya Doni yang telah berbaring kepada gadis berkulit putih tersebut.
“Udah sih….tapi…” sahutnya perlahan duduk dikursi meja gambar yang ada di ruangan itu.
“Ya udah sini….” sambung Doni menepuk kasur disampingnya.
Ragu
Vira melangkah,tetapi hasratnya untuk berbaring mengalahkan keraguan di
kepalanya. Doni menggeser tubuhnya lebih ke tepi memberikan ruangan
untuk gadis itu berbaring pada sisi lainnya. Tak berselang lama Vira pun
telah meringkuk di kasur tersebut membelakangi Doni. Memunggungi Doni
yang juga berbaring searah yang tenggelam dalam pikirannya. [ Baca
cerita panas tante girang Liburan Nikmat bersama janda Montok. ]
“Biarlah dia tidur, cape dia mungkin” batin Doni.
Doni
mendekatkan tubuhnya menempel pada punggung gadis yang berselimut itu.
Merangkul ke depan mencoba memberikan kenyamanan hangatnya pelukan.
Merasakan matanya yang juga mulai memberat. Tiba-tiba saat matanya akan
terpejam,tubuh didepannya berbalik!! Wajah Vira segera menyusup di
hangatnya dada Doni yang bersinglet tersebut.
Terasa hembusan
napas panas yang teratur dipermukaan kulitnya. Langsung kantuknya
hilang. Doni memberanikan dirinya, mengecup kening yang tepat di depan
dagunya, mencium wangi rambut kecoklatan milik Vira. Tiba-tiba terasa
oleh Doni sentuhan bibir lembut Firi di bahunya yang tak tertutup oleh
singlet.
“Dia belum tidur?” batin Doni girang.
Entah karena
kebetulan atau karena dorongan hati yang sama, wajah mereka bergerak.
Vira mendongak sedangkan Doni menunduk. Kedua mata mereka langsung
bertatapan. Hanya hati mereka yang berbicara mencoba menemukan kesamaan
hasrat yang mulai terbit.
“Mhh…..Aa..” desah Vira perlahan saat bibir Doni mendarat di bibirnya, yang langsung di sambutnya dengan hangat.
Mengundang
lebih lanjut. Lidah merekapun kini telah saling membelit,
bercengkerama, berkejaran di dalam taman rongga mulut Vira yang basah.
Doni bertindak lebih berani, ikut menyusupkan tubuhnya ke dalam selimut
yang di membalut tubuh Vira. Berdua mereka berada dalam satu selimut.
Terasa
oleh Doni gundukan lembut di dada gadis berkulit putih tersebut menekan
dadanya. Puncaknya yang runcing telah menggosok dadanya yang terbalut
singlet tipis tersebut. Ternyata Vira tak mengenakan behanya lagi.
Tangan Doni langsung membelai bukit padat tersebut,merabanya perlahan.
Menyelusuri kelembutan terbalut bahan tipis tersebut dengan telapak
tangannya.
Doni bergerak naik, menempatkan tubuh gadis itu
perlahan di bawahnya. Tangannya langsung bekerja mendorong kaos gadis ke
atas, menelanjangi kemulusan tubuh bagian atas Vira. Demikian pula
dengan Vira tak ketinggalan menelanjangi tubuh bagian atas lelaki yang
menindihnya. Segera saja kulit mereka bertempelan.
“Ahhhh…..” rintih Vira, merasakan tau-tau bibir dan lidah Doni telah mengulum puting dadanya.
Matanya
mendelik hanya terlihat bagian yang putihnya saja. Kedua lengannya
hanya bisa menggerumasi rambut ikal Doni. Sambil menggeser tubuhnya ke
samping tangan Doni tak tinggal diam, membelai turun menyusuri perut
yang rata, terus ke bawah menemukan pertemuan paha si gadis. Saat
berusaha membelainya, sebuah tangan Vira langsung memegang tangannya,
menutupkan kedua pahanya, menghentikan keinginan Doni. Doni meneruskan
tangannya lebih bawah membelai batang paha yang licin bergantian kanan
dan kiri. Perlahan tak disadarinya Vira membuka kedua pahanya secara tak
langsung mengundang Doni beraksi lebih jauh.
“Ohhh…shhhh…” desah
dan rintihan Vira terdengar menceracau di telinga Doni, menandakan
gelora badai birahi mulai melanda gadis itu.
Doni mengerakkan
tangannya kembali menaik ke atas. Menyusuri licinnya paha hangat
tersebut, jarinya masuk pada lobang celana pendek tersebut. Membelai
gundukan padat terbalut kain satin di sana. Menemukan bahwa kain
tersebut telah basah!!! Doni mergerak turun, bibir dan lidahnya
menjalari kulit perut yang licin dan hangat tersebut yang begerak turun
naik seiring napas Vira yang memburu. Terus turun menapak tilas pada
jejak jari dan tangannya tadi. Menyusupkan lidahnya pada celah lobang
celana pendek tersebut. Menggesernya ke atas hingga kini lidahnya
mencucupi gundukan kewanitaan Vira.
“Ah….Aa…..Ohhhh…” rintih Vira merasakan lidah Doni yang basah bergerak pada daerah pribadinya.
Gerakan
lidah Doni serasa sengatan-sengatan bara nikmat yang membubungkan
perasaannya pada titik tak terkendalikan lagi. Kehendak birahinya telah
merajai perasaannya. Pinggulnya bergerak-gerak gelisah. Doni bergerak
kembali keatas, meluncurkan lidahnya sepanjang ban celana pendek itu
tersebut. Kedua tangannya mulai menarik celana pendek tersebut. Dan Vira
membiarkan penutup tersebut lepas dari tubuhnya satu persatu. Dan
Akhirnya tubuh putih itu tak menyisakan selembar benangpun yang membalut
tubuhnya. Telanjang!!! Seraya tangannya melepaskan kain penutup
terakhirnya, wajah Doni mendekati segitiga di pertemuan kedua paha
lenjang Vira. Mencium aroma yang khas.
“Ahhhh…” erang Vira merasakan sengatan basah lidah lelaki tegap tersebut pada kewanitannya.
Tubuhnya
kaku sesaat dengan mata membeliak. Secara sporadik lidah Doni
mengeksplorasi bagian tersebut, menbuat tubuh putih tersebut melonjak.
Kadang pinggul padatnya bergerak gelisah membuat wajah Doni ikut
terbawa. Lepitan sempit tersebut telah basah!! Doni tak peduli dan tetap
pada aksinya.
“Ouhh…” erangan demi erangan Vira meningkahi gemuruh gelombang birahi yang melandanya.
Doni
bergerak keatas mensejajarkan tubuhnya di atas tubuh padat gadis
berkulit putih itu. Menggerakkan pinggulnya kekiri dan ke kanan
menyibakkan kedua paha Vira, menempatkan batang tegarnya tepat di
permukaan lepitan kewanitaan Vira. Bergerak perlahan
“ja.. jangan….Aa..” terdengar ucapan lirih Vira di tengah gemuruh napsunya yang memburu.
Tetapi
tubuhnya tak seiring dengan ucapannya. Tak kuasa ia menghentikan
gerakan Doni. Doni mendorong dengan pelan, terpeleset… Doni bangkit dan
duduk, menempatkan kelamin mereka berdempetan. Menggenggam batang tegar
kejantanannya, mengarahkan ujung membelah tepat di permukaan lepitan
basah tersebut, menggosok- gosokkan ujung tersebut di permukaan itu.
Kembali mendorong perlahan lepitan tersebut memberikan jalannya terdesak
oleh ujung membola yang licin tersebut.
“Aahhh….” ucap Vira
dengan mulut menganga saat ujung batang tegar Doni bergerak masuk mili
demi mili dan berhenti saat telah tenggelam sekitar 2-3 cm, di telan
kelembutan hangat lepitan tersebut. Doni bergerak menempatkan tubuhnya
kembali menutupi tubuh si gadis. Kedua tangan Vira segera menemukan
pegangan nya pada bahu tegap Doni, memandang sayu wajah lelaki idamannya
itu. Keringat telah membasahi tubuh mereka di segala bagian, membuatnya
licin mengkilat di remang sinar lampu kamar. Doni kembali bergerak,
Kembali mendorong pinggulnya perlahan, mendesakkan batang tegarnya
membuka kelembutan kenyal lepitan hangat yang basah tersebut. Mili demi
mili batang tegarnya Doni masuk.
Sepanjang perjalanan batang tegarnya tersebut jepitan liat liang kewanitaan Vira terasa mencekal erat.
“Sakkitt….. Aaa….” erang Vira lirih.
Sepanjang
perjalanan batang tegar itu kedua tangan Vira yang mendekap bahu Doni
mencengkeram kuat, terasa pedih. Doni mendorong terus, hingga pada satu
titik seolah tertahan oleh sebentuk cincin kenyal. Mengakibatkan laju
batang kejantanannya terhenti sesaat. Setelah menarik napas Doni
bergerak lagi.. Dengan satu dorongan kuat.. Sesuatu berdetus..putus di
bawah sana, yang langsung mengakibatkan batang tegarnya amblas terbenam
seluruhnya dalam liat dan hangatnya kewanitaan Vira
“Aaaaa……….” jerit Vira merasakan terbelah oleh sebentuk batang liat dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Mulutnya
telah berada di bahu Doni, menggigitnya melampiaskan rasa perih yang
timbul di bawah. Tubuhnya mengaku sesaat. Napasnya terengah-engah. Doni
menghentikan gerakannya memandang kedua bola mata Vira bergantian, tak
yakin dan takjub pada pengalamannya sesaat.
“Gadis ini masih perawan?.!!” Serunya dalam hati.
Dikecupnya
mata Vira yang berkaca-kaca di antara keringat pada kelopak matanya.
Dan setelah merasa napas si gadis mulai teratur, Doni bergerak kembali.
Menaikkan tubuhnya,kembali turun berulang ulang dalam tempo lambat.
Kening Vira yang tadi mengernyit kini perlahan mulai normal kembali.
Tubuhnya telah mulai rileks dan menyambut setiap gerakan Doni. Gairahnya
menyala-nyala dalam setiap hujaman tubuh Doni.
“Ohh….” erangnya menceracau.
Sebersit
rasa perih yang sempat timbul telah berganti dengan sengatan- sengatan
batang membara yang mengalirkan deru-deru birahi yang tak terbendungkan.
Naluriah pinggulnya bergerak menyambut setiap hunjaman batang tegar
Doni yang membombardir kewanitaannya tak lelah- lelahnya. Perlahan tapi
pasti kedua tubuh licin berkeringat tersebut melangkah setapak demi
setapak menuju puncak tujuan. Bergumul dalam indahnya persebadanan,
menggiring nafsu yang telah membakar keduanya ke penghujung pencapaian.
Doni
bergerak makin cepat, hunjaman batang tegarnya makin lancar di lumasi
cairan licin yang terbit dari kewanitaan Vira. Persentuhan batang
tegarnya dengan hangatnya kewanitaan Vira yang liat mencekal tak
terbandingkan rasanya. Doni bergerak makin cepat, gemas menghunjamkan
tubuhnya. Sementara Vira pun naluriah bergerak gelisah. Geli gatal di
kewanitaanya yang terbelah otot kenyal tersebut makin menggila. Sebentuk
aliran rasa yang terbit dari dasar kewanitaannya, menjalar di sepanjang
sumsumnya, terus ke atas di tulang belakang menuju kepala
“Ahh….ahhh…. ahhhhhhhhhhhhhhhh…” pekik Vira sambil menyentakkan kepalanya ke belakang.
Tubuhnya
melenting seperti ulat tertusuk duri dengan pinggul yang bergerak-gerak
memacu saat gelombang puncak melambungkan perasaannya pada padang
nirwana. Kedua tangannya memeluk ketat leher Doni seolah olah memakunya
dengan jepitan kedua kakinya bak sepasang tak raksasa.Tubuhnya serasa
kosong setelah gelombang tersebut pecah berkeping- keping di kepalanya.
Perlahan mulai mereda, mengalir rasa damai yang sangat di pelupuk
jiwanya. Jepitan-jepitan sporadis otot peristaltik yang liat mencekal
laju batang tegar Doni. Seolah olah memeras setiap serat yang ada
disana. Doni bergerak makin cepat mengejar puncak yang telah dicapai
Vira. Menghunjam tak henti-hentinya memacu gelombang demi gelombang yang
semakin bergelora. Bergerak terus
“Argh…..” geram Doni sambil
menghunjamkan batang tubuhnya, merasakan sebuah aliran berkejaran di
sepanjang tulang punggungnya, menuju pembuluh batang tegarnya yang
menggelegak sesaat sebelum akhirnya menumpahkan semua isinya dalam
beberapa semburan- semburan hangat yang kental.
Membasahi dasar
dan seluruh permukaan bagian dalam kewanitaan si gadis. Tersentak sentak
tubuhnya seiring semburan demi semburan yang meledak. Tercabut jiwanya
dari kefanaan dan melayang dalam keabadian rasa nyaman sesaat. Akhirnya
tubuhnya menggelosoh disamping tubuh putih Vira yang bersimbah keringat,
yang terdiam dalam peresapan nikmat yang masih tersisa. Kedua matanya
yang indah terpejam. Lebih kurang limabelas menit dalam kebisuan, Vira
berucap lirih, terisak-isak “Aa…. harus tanggung jawab kalau Vira nanti
hamil….”
TAMAT
Terima kasih telah membaca artikel tentang Cerita Ngentot Kurenggut Keperawanan Sahabat Pacarku dan anda bisa bookmark artikel Cerita Ngentot Kurenggut Keperawanan Sahabat Pacarku ini dengan url https://bispak44.blogspot.com/2016/04/cerita-ngentot-kurenggut-keperawanan.html. Terima kasih